Dunia Dijajah TikTok
TikTok.
Please jangan underestimate dulu ketika menyebut satu nama aplikasi ini. Karena di balik kelenjehan para penggunanya, ternyata aplikasi ini udah menorehkan berbagai prestasi. Salah satunya adalah fakta bahwa jumlah downloadnya udah mencapai 1,5 miliar unduhan di seluruh dunia, yang merupakan hasil penjumlahan dari perhitungan playstore dan app store.
Satu fakta yang cukup mencengangkan.. Nggak mencengangkan sih sebenernya, biasa aja.. Tapi paling nggak kita bisa sebut, 'satu fakta unik' tentang jumlah download aplikasi bikinan ByteDance ini adalah : Dari total 1,5 miliar download, sepertiga (atau sekitar 468 juta-nya) berasal dari India.
Ya betul, banyak ternyata orang India yang download aplikasi berbasis livestream ini.
Satu pertanyaan pun mencuat - setidaknya di kepalaku doang, tentang kenapa banyak orang India yang demen TikTok..?
Jika dilihat dari usabilitynya, TikTok identik dengan konten lipsync, dance dan gimmick anatomi lain. Tentu ini sejalan sama karakteristik orang India (setidaknya yang sering kita lihat di filmnya), bahwa mereka seneng banget nyanyi, nari dan bahkan sambil gelendotan di pohon jamblang yang tumbuh di belakang sekolahan MTS negeri. Jadi, nggak heran kalau kemudian banyak orang India yang akan melampiaskan berbagai macam emosinya dengan nyanyi dan nari (percis kayak di film), ke dalam aplikasi yang emang support. Gak mungkin juga kan kalo perasaan emosional dilampiaskan lewat aplikasi pinjaman online. Bukannya jadi romantis, yang ada malah terbelit hutang. Bisa sih nantinya tetep ber-drama ria dengan bernyanyi dan menari sama debt collector, cuma ya paling sambil diawasi OJK.
Kembali Soal TikTok dan Jumlah Downloadnya
Menurut laporan dari SensorTower, yakni sebuah perusahaan analytic yang rajin mengeluarkan data report, jumlah download TikTok tahun lalu adalah sebanyak 655 juta unique download. Yang bisa ngalahin cuma Whatsapp-nya Facebook (sebanyak 707,4 juta) dan Messenger-nya Facebook (sebanyak 636,2 juta). Dua-duanya punya Facebook. Iya, itu namanya dominasi Facebook di ranah aplikasi mobile.
Dan.. biarpun konten TikTok yang kalo kita lihat agak-agak gimana gitu, tapi strategi dan inovasi bisnis dari aplikasi ini cukup keren. Diantaranya adalah dengan menguji coba fitur untuk jualan, melarang iklan kampanye politik seperti yang dilakukan Twitter dan Facebook, terus menurut laporan, bulan lalu juga TikTok meluncurkan program eLearning bernama EduTok. Padahal.. kenapa nggak EdTok aja ya??!
Tapi ya itulah kompensasi dari massive growth serta benchmark yang berhasil dibuat oleh aplikasi yang pertama dirilis pada September 2016 ini.
Seperti halnya kita, yang nggak seneng kalo liat orang lain sukses, Facebook pun demikian. Melihat suksesnya TikTok, salah satu raksasa Silicon Valley ini merilis fitur yang serupa yang dinamakan Reels, meski baru diuji cobakan di beberapa story Instagram penggunanya di Brazil.
Kira-kira, akan seperti apa ke depannya geliat dunia konten berbasis video seperti TikTok? Sanggupkah eksistensinya (semakin) menenggelamkan konten siaran TV konvensional? Apakah para TikTok seleb macam Pak Bowo (bukan MENHANKAM) akan kembali meraih popularitasnya?
Ayo kita diskusikan jawabannya di Twitterku @kesinisay dan juga Instagram post-ku tentang ini di @kesinisay..
Bagikan Ke Orang Lain :