Apa-Apa Pake Hashtag


Hashtag atau tanda pager - yang bahasa inggrisnya tuh octothorpe symbol, yang notabene sering banget kita liat jadi awalan dari suatu kata atau kalimat pendek, sudah menjadi variable penting dalam hal bikin caption, konten ataupun update status. Tujuan penggunaan hashtag adalah untuk menandai suatu metadata yang digunakan di sosial media. Biasanya penggunaan '#' atau hashtag itu buat memudahkan kita, para pengguna sosial media, menemukan konten dengan tema tertentu.

Lebih dari itu, hashtag belakangan banyak disalahgunakan buat jadi tagline sebuah campaign produk. Seolah, semua produk yang sekarang diiklankan, menggunakan hashtag sebagai branding tool. Tujuannya jelas buat meningkatkan brand awareness pada produk yang diiklankan.
Nggak ada salahnya sih.. karena prinsip dari kegiatan promosi adalah mengenalkan produk dan membuatnya laku terjual. Biarpun jelas, dari sisi objectives, make hashtag buat tagline promosi produk di platform non-digital sejatinya udah beda dari maksud awal dikenalkannya karakter ini.

Nah.. bicara soal siapa yang mengenalkan tanda "shift+3" di keyboard PC/laptop ini jadi begitu populer? Udah pada tau gak?

Kalau belum tahu, nih dikenalin..
Penemu hashtag - sebutlah begitu, namanya adalah Chris Messina. Weihhh..! Hampir mirip kayak nama klub bola di Itali yang degradasi mulu ya?! ..tapi ya itu namanya: Chris Messina
Lelaki 38 tahun ini, bikin metode hashtag buat ngelompokkin berbagai user-generated content (konten yang dibuat oleh pengguna) ke dalam satu saluran lewat hashtag yang sama. Kalau hashtagnya "#quote", maka yang akan muncul adalah konten-konten berisi quote atau kutipan. Kalo hashtagnya "#SobatAmbyar", maka yang akan muncul adalah konten yang ngebahas kegalauan, kisah cinta tragis, lagu Jawa atau Pak Didi Kempot. Kalau hashtagnya "#OpenBO", maka yang akan muncul adalah konten................ asudahlah!

Well, Messina pertama make hashtag itu di Twitnya yang dia post di platform Twitter. Ya iyalah.. masa ngetwit di Tinder!
Dia melakukan itu di tahun 2007 silam. Twitter sendiri awalnya nggak terlalu suka sama konsep hashtag, karena dianggap sebagai "thing for nerds" atau "alat buat yang cupu". Tapi, meski dikutuk, penggunaan hashtag di kalangan pengguna Twitter kala itu justru malah semakin masif, terstuktur, tapi gak tau sistematis atau nggak..

Menyikapi hal itu, Messina santuy ae kek orang bekasi. Dia gak berusaha ngeduitin apa yang udah dicetuskannya itu, padahal, menurut data per tahun 2018, sebanyak lebih dari 85% dari 50 website dengan traffic teratas itu menggunakan hashtag. Itu artinya, bisa saja website-website tersebut merajai daftar website terpopuler karena pengaruh pemakaian hashtag.
Meski demikian, Chris Messina yang pernah berkuliah di Carnegie Mellon University itu justru nganggap kalo hashtag temuannya yang kemudian jadi semacam fenomena global dunia konten (terutama digital), adalah sesuatu yang lahir di internet dan nggak ada yang punya. Iya bener..! kalo sesuatu yang lahir di internet itu emang gak punya bapak. Kecuali lahir di rumah sakit..
Chris Messina intinya gak minta duit atau royalti dari siapapun yang make hashtag buat tweet, caption, status atau taglinenya, baik itu untuk keperluan personal atau komersial. Pendek kata : Dia dah ikhlas!

Gitu dong, bang.. gak matre, apa-apa diduitin! Salut buat Bang Chris Messina!
Semoga dia bisa tetap bersemangat untuk menemukan hal-hal lain lagi yang nantinya berguna buat kemajuan dunia digital. Atau kalo perlu, jangan cuma dia, kita juga bikin sesuatu!! Okeh?!
Bagikan Ke Orang Lain :

Kamu Pasti Suka Ini Juga!