Home >> india >> negara >> sosial >> teknologi >> Kenapa Banyak Orang India Jadi Ahli IT?

Kenapa Banyak Orang India Jadi Ahli IT?


Jaman kita masih SD dulu, waktu masih ada stasiun TV bernama TPI, kita banyak dijejali tayangan film Bollywood yang identik sama nyanyi sambil gelendotan ke pohon. Selain itu, polisinya yang selalu datang terlambat, bikin jagoannya harus bekerja keras berantem ngelawan penjahat sendirian. Sempet sih kepikiran soal kenapa polisi datangnya telat mulu.. Apa karena kantornya jauh? Atau kejebak macet waktu mau bantu jagoan ngelawan penjahat? Atau karena listriknya mati?
Yang terakhir ini gak ada hubungannya sih sama cepet atau lambatnya pak polisi datang ke TKP, kecuali kalo pak polisinya naek KRL - yang selain mogok kalo mati listrik, juga suka berenti lama kalo mau masuk Stasiun Manggarai.

Nah ngomongin soal Bollywood, yang terbersit di benak kita pastinya adalah kemegahan. Megah yang dimaksud di sini adalah soal fisik, dimana bangunan rumahnya saja (yg di film lho ini yang dibahas..), kebanyakan punya 2 tangga buat naek ke lantai atas. Padahal kalo emang beneran kaya, kenapa gak sekalian pasang elevator alias lift, yang cuma bisa kebuka kalo udah ngetap kartu yang bisa ditukar pake KTP?! Eh, tapi kalo rumah kan gak ada receptionist ya.. Jadi gak bisa nuker KTP juga??!

Soal rumah-rumah megah yang selalu muncul di film India itu, kayaknya sih terlalu berlebihan. Soalnya, jumlah orang kaya sendiri di India tuh jumlahnya cuma 17% dari total penduduknya. Sisanya adalah masyarakat lapisan sama kayak kita, yang kalo beli sepatu Adidas KW aja nawarnya pake afgan tanpa syahreza.
Menurut data statistik dari Multidimensional Poverty Index (MPI) - yang merupakan produk duet dari Inisiasi Pengembangan Manusia dan Kemiskinan Oxford (OPHI) dan Program Pengembangan PBB (UNDP) per tahun 2017 menyebut, dari 1,3 miliar total penduduk India, yang berkategori "kaya banget" dan "kaya doang" itu kalau dicampur, jumlahnya gak lebih dari 17%. Itu artinya, mereka yang muncul di film-filmnya itu, yang punya rumah dengan 2 tangga, adalah golongan minoritas (yang kalo salah ngomong sedikit langsung dituduh penistaan).

Penduduk India yang totalnya sekitar 17,5% dari penduduk bumi itu, menjadikan negara asal Shah Rukh Khan tersebut jadi negara ke 2 dengan jumlah penduduk paling banyak setelah Cina. Di bawahnya ada Amerika dan dibawahnya lagi (urutan ke-4) adalah negara kita, Indonesia. Jadi bisa dibilang, orang India sama orang kita itu punya satu kesamaan, yakni efektivitas dalam hal produksi orang. Bedanya, India yang menyadari jumlah manusianya banyak, rajin mengekspor penduduknya ke negara-negara lain. Di lingkungan kita saja, orang India (baik yang asli maupun cuma keturunan), itu jadi orang terbanyak ditemui ke-2 setelah Cina pastinya. Profesinya juga beragam, ada dari yang jualan kain, juragan sinetron, sampe ke teknisi IT. Sementara orang kita, kebanyakan adalah para penganut ajaran "Home Sweet Home", yang notabene sangat paham dengan 'Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri', jadinya mager kemana-mana (kecuali ke Suriname).

Tentunya, ekspor penduduk dari India ini gak cuma ke Indonesia aja dong?! Banyak juga negara-negara lain yang jadi tujuan eksodus bangsa India yang keluar dari negara asalnya. Itulah sebabnya, kenapa banyak orang India yang punya jabatan penting di perusahaan-perusahaan bukan di negara asalnya.

Terus kenapa banyak orang India yang jadi bos perusahaan teknologi?

Jawabannya simple. Karena ya orang India itu banyak. Sama kayak orang Cina. Jadi semakin banyak jumlah angka totalnya, maka semakin besar juga kemungkinan adanya professional di bidang tertentu - termasuk teknologi. Kalo mau ngitung, orang India yang bekerja di luar IT pun sebenernya banyak. Yang jualan kain juga banyak. Bahkan yang gak punya kerjaan pun mungkin banyak. Jadi jangan heran kenapa banyak dari mereka yang jadi ahli IT, karena itu tadi.. jumlah mereka memang banyak dan peminat IT nya banyak.

Satu hal lagi yang memengaruhi adalah : bahwasanya industri teknologi, khususnya IT, merupakan industri yang tidak memerlukan infrastruktur yang besar seperti pabrik-pabrik lainnya, sehingga asetnya bisa hanya bergantung pada manusia. Google pernah menyatakan bahwa asset terbesar perusahaan mereka adalah manusia (karyawan) bukan permesinan, jadi dengan menyadari itu, raksasa teknologi Amerika tersebut sangat memanjakan karyawannya.

Dengan aset utama berupa manusia, tentunya Indonesia yang menjadi negara keempat di urutan ini, punya potensi yang besar pula untuk bisa jadi pemain major. Selain kesempatan untuk membangun perusahaan startup baru sangat terbuka, pangsa pasarnya pun sangat luas meski coveragenya masih skala lokal sekalipun.
Bagikan Ke Orang Lain :

Kamu Pasti Suka Ini Juga!